Friday, February 5, 2016

Sajak-sajak Fitrah Anugerah

Selingkuh

Senantiasa aku selingkuhi malam
dengan cumbu pijar warna lampu kota
lalu kulumuri tubuh dalam aneka wangi kejalangan.

Aku tahu tangan akan merayap,
merayap temukan engkau
bersemayam di atap gedung

Bulan memohon pada kukuh gedung agar mengusirku dari pintu lantai pertama.
tapi mulutku terlepas dari busur kembaraku. Meluncur menjadi perintah bagi awan.
Arakan awan menikam bulan lalu penjarakan di ruang asing langit.
Oh bulan menangis sesenggukan, meratap pada pintu pagi

Begitulah aku perlakukanmu pada tiap pertemuan di atap gedung
Aku rasa engkau jatuhkan airmata bagai air terjun di alur jalan kota,
Aku lumuri gedung dengan bening dukamu. Tapi engkau gentayangan
dari tiap atap gedung menggariskan duka pada pendar wajah iklan

Dan aku sibuk membuka wajahku yang pekat berlumur
lalu kubersihkan wangi kota dengan air mata batin
luka menempel di putih hati menjadi noktah warna-warni,
tapi aku akan selingkuhi pijar kota dan merayap mencari engkau.

Bekasi,13-01-2015



Kelahiran Tak Diharapkan

Ingatkah saat lautan
uapkan panas lalu kau ingin
melayang ke langit. Temui bocah
sendirian bermain di awan berpasir

Dia akan kering bila kau tak hadir
punggung mulusnya dijilat matahari
yang tahu dia sendirian, tak berayah dan ibu

rengkuh. Gendong, dan bawa dia ke gundukan awan
yang matahari tak pernah bisa mengejar walau hanya
menyapa saja

Ingatkah uap rindu yang kau layangkan berkumpul di kering awan
mengumpul menjadi telaga.bocah itu tersenyum lalu menyelam
di kedalaman mencari jejak ibunya.
matahari lelah menunggu di tepian dan bulan memanggil dia

Bocah itu menangis tak temukan jejak ibunya
Bocah itu tumpahkan air telaga melacak lagi
jejak ibunya. tapi kosong dan air tertumpah
ke lautan yang surut. Oh dia akan turun ke bumi
menuruni tangga pelangi bila terbit pagi

Ingatkah jika pagi surutkan mimpimu
: mendengarkan rengekan bocah yang melihat pasir pantai

Sebab bocah itu ingin bermain bersama karang
yang menyimpan kepiting nyasar.
Bocah itu ingin menuju laut mengejar ombak
yang pernah membawamu hilang

Bekasi, 21-12-2015



Bila Engkau Pergi

Bila engkau telah temukan dua sayap
engkau pasti pergi seiring mentari
yang ngajak arungi langit.

Engkau melebur dalam angan tak terbatas
lalu berumah di ketinggian mimpi
lepas dari perangkap bumi
lalu waktu buatmu rindukan kembali
pada manisnya.

Kiranya tetes hujan membuka kenangan
engkau yang menghilang menjadi pelangi
berwarna-warni taburkan senyum,
tergaris di langit berikan sedikit damai
namun kau mesti kabur bila mentari muncul

O sedih itu masih menyisa
membanjiri seluruh ruang sepiku
mengendap di lenggang waktu, mengental pekat.
Sudah tak ada lagi secangkir kopi dan ceritamu
di meja buatku di malam ini, di waktu hujan. 

Bekasi, 13-01-2016


Ibuku yang Kesepian

Ibuku yang kesepian di hari sore
merintih pilu saat pergiku
bagai angin hantarkan tetes air ke jendela rumah
dia tunggui malam di antara terang bintang
berharap ada kabar memecah sepi hati

Sang bulan telah menelan aku
lalu deru angin enggan memberi kabar
aku terlampau jauh meninggalkannya
tapi kau masih menjaga harapan

Ibu yang kesepian di hari pagi
lihatlah aku pulang, membawa airmata
dari pengembaraan teramat lelah
lalu kusiram pada jiwamu yang layu
oleh waktu. Oh kiranya ibuku bangun
tapi kau sudah terlalu tua untuk menungguku

Bekasi, 25-12-2015


Bapakku

Di atas bumi kesederhanaan kau tanam perhatian
menetes dari setiap harapan yang kau tunggu setiap malam
setelah kami tertidur. Tercurah gerak pada setiap jalan waktu
kau jaga kami hingga tumbuh lalu berbuah
kau rubuh menghilang tertutup rimbun kembang

Kau bapakku goyangkan kerinduan ini
pada malam mengikat ranting semangat ini menjadi kaku
lalu siang mekarkan angan di setiap hembus angin. Kau hanya cerita
terasa jauh tapi kucium bijibiji yang tlah tertanam
oh ku mau tumbuhkan harapan tapi terasa jauh
jauh dari bumi tempat kau menanam

Kau bapak arah waktu buatku lari dari tempatmu berdiri
pergi nuju ufuk terbit mentari. Ada kesepian
diantara panggilanmu. hilang seiring panas cahaya
aku datang padamu dari bumi yang sudah tak sederhana lagi.

Bekasi,17-12-2015


---------------
Fitrah Anugerah, lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974.  Berkesenian atau berpuisi semenjak menjadi anggota Teater Gapus, Sastra Indonesia Unair. Sekarang bergiat di di Forum Sastra Bekasi (FSB). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media dan antologi bersama.



 Fajar Sumatera, Jumat, 5 Februari 2016

No comments:

Post a Comment