Senantiasa aku
selingkuhi malam
dengan cumbu pijar
warna lampu kota
lalu kulumuri tubuh
dalam aneka wangi kejalangan.
Aku tahu tangan akan
merayap,
merayap temukan engkau
bersemayam di atap
gedung
Bulan memohon pada
kukuh gedung agar mengusirku dari pintu lantai pertama.
tapi mulutku terlepas
dari busur kembaraku. Meluncur menjadi perintah bagi awan.
Arakan awan menikam
bulan lalu penjarakan di ruang asing langit.
Oh bulan menangis
sesenggukan, meratap pada pintu pagi
Begitulah aku
perlakukanmu pada tiap pertemuan di atap gedung
Aku rasa engkau
jatuhkan airmata bagai air terjun di alur jalan kota,
Aku lumuri gedung
dengan bening dukamu. Tapi engkau gentayangan
dari tiap atap gedung
menggariskan duka pada pendar wajah iklan
Dan aku sibuk membuka
wajahku yang pekat berlumur
lalu kubersihkan wangi
kota dengan air mata batin
luka menempel di putih
hati menjadi noktah warna-warni,
tapi aku akan
selingkuhi pijar kota dan merayap mencari engkau.
Bekasi,13-01-2015
Kelahiran
Tak Diharapkan
Ingatkah saat lautan
uapkan panas lalu kau
ingin
melayang ke langit.
Temui bocah
sendirian bermain di
awan berpasir
Dia akan kering bila
kau tak hadir
punggung mulusnya
dijilat matahari
yang tahu dia
sendirian, tak berayah dan ibu
rengkuh.
Gendong, dan bawa dia ke gundukan awan
yang
matahari tak pernah bisa mengejar walau hanya
menyapa
saja
Ingatkah uap rindu yang
kau layangkan berkumpul di kering awan
mengumpul menjadi
telaga.bocah itu tersenyum lalu menyelam
di kedalaman mencari
jejak ibunya.
matahari lelah menunggu
di tepian dan bulan memanggil dia
Bocah itu menangis tak
temukan jejak ibunya
Bocah itu tumpahkan air
telaga melacak lagi
jejak ibunya. tapi
kosong dan air tertumpah
ke lautan yang surut.
Oh dia akan turun ke bumi
menuruni tangga pelangi
bila terbit pagi
Ingatkah jika pagi
surutkan mimpimu
: mendengarkan rengekan
bocah yang melihat pasir pantai
Sebab bocah itu ingin
bermain bersama karang
yang menyimpan kepiting
nyasar.
Bocah itu ingin menuju
laut mengejar ombak
yang pernah membawamu
hilang
Bekasi, 21-12-2015
Bila
Engkau Pergi
Bila engkau telah
temukan dua sayap
engkau pasti pergi
seiring mentari
yang ngajak arungi
langit.
Engkau melebur dalam
angan tak terbatas
lalu berumah di
ketinggian mimpi
lepas dari perangkap
bumi
lalu waktu buatmu
rindukan kembali
pada manisnya.
Kiranya tetes hujan
membuka kenangan
engkau yang menghilang
menjadi pelangi
berwarna-warni taburkan
senyum,
tergaris di langit
berikan sedikit damai
namun kau mesti kabur
bila mentari muncul
O sedih itu masih
menyisa
membanjiri seluruh
ruang sepiku
mengendap di lenggang
waktu, mengental pekat.
Sudah tak ada lagi
secangkir kopi dan ceritamu
di meja buatku di malam
ini, di waktu hujan.
Bekasi, 13-01-2016
Ibuku
yang Kesepian
Ibuku yang kesepian di
hari sore
merintih pilu saat
pergiku
bagai angin hantarkan
tetes air ke jendela rumah
dia tunggui malam di
antara terang bintang
berharap ada kabar
memecah sepi hati
Sang bulan telah
menelan aku
lalu deru angin enggan
memberi kabar
aku terlampau jauh
meninggalkannya
tapi kau masih menjaga
harapan
Ibu yang kesepian di
hari pagi
lihatlah aku pulang,
membawa airmata
dari pengembaraan
teramat lelah
lalu kusiram pada
jiwamu yang layu
oleh waktu. Oh kiranya
ibuku bangun
tapi kau sudah terlalu
tua untuk menungguku
Bekasi, 25-12-2015
Bapakku
Di atas bumi
kesederhanaan kau tanam perhatian
menetes dari setiap
harapan yang kau tunggu setiap malam
setelah kami tertidur.
Tercurah gerak pada setiap jalan waktu
kau jaga kami hingga
tumbuh lalu berbuah
kau rubuh menghilang
tertutup rimbun kembang
Kau bapakku goyangkan
kerinduan ini
pada malam mengikat
ranting semangat ini menjadi kaku
lalu siang mekarkan
angan di setiap hembus angin. Kau hanya cerita
terasa jauh tapi kucium
bijibiji yang tlah tertanam
oh ku mau tumbuhkan
harapan tapi terasa jauh
jauh dari bumi tempat
kau menanam
Kau bapak arah waktu
buatku lari dari tempatmu berdiri
pergi nuju ufuk terbit
mentari. Ada kesepian
diantara panggilanmu.
hilang seiring panas cahaya
aku datang padamu dari
bumi yang sudah tak sederhana lagi.
Bekasi,17-12-2015
---------------
Fitrah
Anugerah, lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974. Berkesenian atau berpuisi semenjak menjadi
anggota Teater Gapus, Sastra Indonesia Unair. Sekarang bergiat di di Forum
Sastra Bekasi (FSB). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media dan
antologi bersama.
Fajar Sumatera, Jumat, 5 Februari 2016
No comments:
Post a Comment