Friday, August 28, 2015

Kafe De Takar

Cerpen Rifan Nazhif


BERBAGAI rayuan orang agar saya menikmati enaknya ngopi. Bahwa menyesap air kopi, memiliki seni dan ritual. Berbeda sekali dengan minum teh, susu apalagi vodka. Celakalah orang-orang yang membenci kopi!

Dan meskipun Bamby, seorang pesohor penikmat kopi, berulang-ulang mengajak saya bertandang ke Kafe De Takar, tetap saja saya menolak. Bamby sebagai pencerita yang handal, berbusa-busa mulutnya menceritakan tentang seni minum kopi di tempat tersebut. Sangat lain dari yang lain. Tapi saya bersikeras, minum kopi di mana saja, sama! Untuk itu saya tak akan mendekati kopi, apalagi meminumnya.


Sajak-sajak Sri Wintala Achmad

Pelajaran dari Ruang Makan

Seperti lebaran-lebaran sebelumnya. Ibu mengajarkan padaku, bagaimana membagi jiwa dengan cara membelah ketupat. Agar dapat merasakan duka saudaraku, sebagaimana dukaku. Merasakan suka saudaraku, sebagaimana sukaku. Terhidang di meja makan dengan piring yang sama. 

Di ruang makan, ibu selalu mengajarkan padaku. Lebaran bukan sekadar mengobral kata maaf seperti tukang rombeng di tepi jalan besar. Tetapi, bagaimana memberi ampunan dengan cara seorang pelayan. Menuangkan minuman di cangkir kosong seorang raja dengan senyuman paling mawar.

Friday, August 21, 2015

Batu Giok Kaisar Langit

Cerpen Guntur Alam
SEMALAM, Zao Ang bermimpi didatangi laki-laki tua berjanggut putih panjang. Saking panjangnya, Zao yakin janggut lelaki tua itu hampir mencapai pusar. Namun bukan itu yang membuat Zao menganggap mimpinya istimewa serta mendorongnya segera menggali tanah di samping pokok pacar cina yang ada di halaman belakang rumahnya, ketika pagi masih remang, tetapi ….

Gali di sini. Kau akan menemukan harta Kaisar Langit.
Ucapan laki-laki misterius itu yang membuatnya segera mengambil cangkul. Ibunya agak terkejut ketika melihat Zao bangun sekelam itu, terlebih mengambil pacul. Itu bukan tabiat Zao. Sejak ditinggal Bi Yu, janda yang dia cintai setengah mati itu, pemuda pengangguran yang malas bukan kepalang ini biasanya akan bangun ketika matahari hampir mencapai ubun-ubun.


Sajak-sajak Arwinto Syamsunu Ajie

Catatan Pemahaman

1
“Aku sedang menjalani kutukan,” kata batu,
“Agar dalam keruntuhan nanti
tak ada bencana yang lebih menyakitkan
selain bagian masa lalu.” Dan, batu,
merasa aman setelah bicara begitu.
Oleh sebab itu batu senantiasa diam
tak peduli di palung sepi, di dasarkali,
atau terinjak kaki sepanjang jalan.

Friday, August 14, 2015

Lelaki Sejuta Kebohongan

Cerpen Tita Tjindarbumi


LEBAM mememar masih terasa di dada saat dia muncul secara tiba-tiba di depan Melia. Lebam itu membekas meninggalkan biru yang menghitam. Aku tak pernah mimpi akan bertemu denganmu, Leka, guman Melia nyaris tak dapat membendung perasaannya. Tetetapi Melia tak mungkin  memperlihatkan wajah kesalnya saat lelaki itu mendekat dan mendaratkan kecupan di pipinya.
   
Perut Melia seperti diubek-ubek. Air matanya nyaris tumpah menahan mual sekaligus muak.

"Aku kangen..." Leka menyentuh punggung tangannya. Melia nyaris mendengus. Padahal, sebetulnya Melia ingin menghirup udara sebanyak-banyaknya.


Sajak-sajak Eddy Pranata PNP

Melepas Kepergianmu di Stasiun

ia menyibak masalalu yang ungu, langkahnya perlahan
menjemput kedatangan nyanyimu yang basah
melepas kepergianmu di stasiun hanya dengan sekali kecupan
lalu lambaian tangan serupa jerit yang tertahan
: chin; rel yang berderit dan kereta yang meluncur
meninggalkan stasiun menyisakan luka yang tak pernah mengering

jangan terlalu yakin dengan kekuatan hati, ujarnya, chin
'kita' mesti tahudiri; walau kulihat engkau selalu melukis sketsa
rumah kaca dengan sekat dari keping mimpi
hampir setiap senja, setiap pertemuan yang menyakitkan
iya; dalam posisi yang sama, dalam hati yang sama

Friday, August 7, 2015

Penyeberangan Sirin

Cerpen Kiki Sulistyo


KAPAL akan segera beranjak ketika Sirin menjejakkan kakinya di pelabuhan. Ia bergegas membeli tiket dan berlari-lari kecil ke dermaga. Penjaga tiket melihat padanya sebentar. Penjaga tiket yang bermuka manis. Sirin menduga pemuda itu pasti gemar bersolek dan repot dengan tubuhnya. Jenis pemuda yang membuatnya mual. Meski ia masih 14 tahun,  tanda-tanda kecantikan pada dirinya mulai tampak. Petugas pemeriksa tiket juga melihatnya dengan cara sama seperti pemuda tadi. Matanya seperti hendak dilekatkan ke wajah Sirin. Lebih tepatnya ke bibir Sirin.

Bibir Sirin memang ajaib, seperti buah yang belum diketahui namanya. Merekah tapi menyimpan ancaman. Sehingga siapa saja yang berniat memetiknya, mesti berpikir dulu atau mencari-cari tahu, buah apa gerangan itu. Jangan-jangan itu buah beracun yang apabila tergigit sedikit saja dapat menyebabkan kematian saat itu juga. Atau itulah si buah khuldi. Yang telah melempar Adam jauh ke bumi dan membuat manusia terlunta-lunta sampai hari ini.


Sajak-sajak Kinanthi Anggraini

Popok

tumpah dari sampan pusara
gucur air dari putra semesta
busa-busa megah berpanggung
dimana ribuan hujan ditampung

yang selalu membawa gerimis
malam hari
mengingat cahaya dan mengalah
pada pagi

saat tudung mata terbuka
di situlah pelangi berbelok
dari arahnya

selamat pagi
buah cinta alam raya

Juni 2015