Cerpen Aris Kurniawan
KATA-KATA ibu kami benar belaka, di sini kami lebih baik. Bisa terbang seperti kupu-kupu yang tak menginginkan apa-apa lagi, termasuk ayam goreng. Kupu-kupu yang tak memerlukan bantal dan selimut untuk tidur. Untuk apa kami berebut ayam goreng, jika rasa lapar dan ingin itu sudah tak ada; kenapa pula harus berdesak-desakan di tempat tidur bila ruang tidak lagi berdaya mengurung kami. Kami mengepakan-ngepakkan sayap, meluncur ke sana kemari. Kami memang harus menahan sakit luar biasa sebelum sampai ke tempat ini. Tapi rasa sakit itu tak berlangsung lama. Hanya beberapa detik setelah ibu membenamkan kepala kami satu persatu ke dalam bak mandi.
“Mari, nak,” kata ibu kami sambil sambil membopong kami dan memasukkan kami ke dalam bak mandi yang airnya jadi meluber oleh tubuh kami, “tahan sebentar,” kata ibu kami lirih dan terdengar samar di telinga kami. Air matanya berlinang. Sejenak kami melewati ruangan yang sangat gelap setelah ledakan rasa sakit di dada kami lewat. Perlahan-lahan kami mendapati tubuh kami mengambang di ruangan sejuk dan lapang. Tangan kami saling bergandengan.
KATA-KATA ibu kami benar belaka, di sini kami lebih baik. Bisa terbang seperti kupu-kupu yang tak menginginkan apa-apa lagi, termasuk ayam goreng. Kupu-kupu yang tak memerlukan bantal dan selimut untuk tidur. Untuk apa kami berebut ayam goreng, jika rasa lapar dan ingin itu sudah tak ada; kenapa pula harus berdesak-desakan di tempat tidur bila ruang tidak lagi berdaya mengurung kami. Kami mengepakan-ngepakkan sayap, meluncur ke sana kemari. Kami memang harus menahan sakit luar biasa sebelum sampai ke tempat ini. Tapi rasa sakit itu tak berlangsung lama. Hanya beberapa detik setelah ibu membenamkan kepala kami satu persatu ke dalam bak mandi.
“Mari, nak,” kata ibu kami sambil sambil membopong kami dan memasukkan kami ke dalam bak mandi yang airnya jadi meluber oleh tubuh kami, “tahan sebentar,” kata ibu kami lirih dan terdengar samar di telinga kami. Air matanya berlinang. Sejenak kami melewati ruangan yang sangat gelap setelah ledakan rasa sakit di dada kami lewat. Perlahan-lahan kami mendapati tubuh kami mengambang di ruangan sejuk dan lapang. Tangan kami saling bergandengan.