Popok
tumpah dari sampan pusara
gucur air dari putra semesta
busa-busa megah berpanggung
dimana ribuan hujan ditampung
yang selalu membawa gerimis
malam hari
mengingat cahaya dan mengalah
pada pagi
saat tudung mata terbuka
di situlah pelangi berbelok
dari arahnya
selamat pagi
buah cinta alam raya
Juni 2015
Gurita
yang melingkar pada kedua sisi
perut mungil yang berisi pagi
tali sejumlah sepuluh kaki
berikat erat di kanan dan kiri
disanalah pusar bersembunyi
dari tak menentu cuaca berganti
simpul tali berbentuk pita
mengikat erat di kedua sisinya
setelah minyak telon menghangat
disana serpih remah bedak diikat
tempat ayunan tali rahasia
bercerita kasih perempuan,
bernama bunda
Juni 2015
Dot
larung pesan dalam botol kaca
berisi setengah mili air mutiara
terperangkap basah di bibir rekah
memeras perah berpintas arah
disana ada puting
yang mendengungkan uap
juga buih
yang gemar terperangkap
pesta tentang debu-debu nutrisi
yang siap tersaji sepanjang hari
Juni 2015
Minyak Telon
disucikan penguasa kayu selatan
disuling dari lima rempah-rempahan
menyisir usir jendela dingin
di setiap bagian yang kau ingin
aku mengusap dada telanjang
agar ia lari bukan kepalang
angin jahat pembawa murung
rajin kuusap hingga ke punggung
inilah sahabat paling setia
menemani mandi pagi dan senja
atau di saat kau terjaga
semalaman penuh canda tawa
tepisan hangat tersesat tajam
menghindarkan dari kembung
yang mengancam
Juni 2015
Susu
dari dua buah dada telanjang
disambut kepala mungil telentang
menghisap puting yang tak pernah tidur
dari kau terjaga hingga mendengkur
Juni 2015
------------------
Kinanthi Anggraini, lahir di Magetan, 17 Januari 1990. Alumnus Pascasarjana Pendidikan Sains UNS ini pernah menjadi model Hijab Moshaict tahun 2011 dan meraih Juara II pada Lomba Tutorial Hijab yang diadakan oleh Koran Bogor 2015. Prestasi lain, Juara 1 Puisi Terbaik pilihan Gerbang Sastra, Bali (2014). Aktif dalam Komunitas Bait Petir, Garut. Buku puisinya: Mata Elang Biru (2014).
Fajar Sumatera, Jumat, 7 Agustus 2015
tumpah dari sampan pusara
gucur air dari putra semesta
busa-busa megah berpanggung
dimana ribuan hujan ditampung
yang selalu membawa gerimis
malam hari
mengingat cahaya dan mengalah
pada pagi
saat tudung mata terbuka
di situlah pelangi berbelok
dari arahnya
selamat pagi
buah cinta alam raya
Juni 2015
Gurita
yang melingkar pada kedua sisi
perut mungil yang berisi pagi
tali sejumlah sepuluh kaki
berikat erat di kanan dan kiri
disanalah pusar bersembunyi
dari tak menentu cuaca berganti
simpul tali berbentuk pita
mengikat erat di kedua sisinya
setelah minyak telon menghangat
disana serpih remah bedak diikat
tempat ayunan tali rahasia
bercerita kasih perempuan,
bernama bunda
Juni 2015
Dot
larung pesan dalam botol kaca
berisi setengah mili air mutiara
terperangkap basah di bibir rekah
memeras perah berpintas arah
disana ada puting
yang mendengungkan uap
juga buih
yang gemar terperangkap
pesta tentang debu-debu nutrisi
yang siap tersaji sepanjang hari
Juni 2015
Minyak Telon
disucikan penguasa kayu selatan
disuling dari lima rempah-rempahan
menyisir usir jendela dingin
di setiap bagian yang kau ingin
aku mengusap dada telanjang
agar ia lari bukan kepalang
angin jahat pembawa murung
rajin kuusap hingga ke punggung
inilah sahabat paling setia
menemani mandi pagi dan senja
atau di saat kau terjaga
semalaman penuh canda tawa
tepisan hangat tersesat tajam
menghindarkan dari kembung
yang mengancam
Juni 2015
Susu
dari dua buah dada telanjang
disambut kepala mungil telentang
menghisap puting yang tak pernah tidur
dari kau terjaga hingga mendengkur
Juni 2015
------------------
Kinanthi Anggraini, lahir di Magetan, 17 Januari 1990. Alumnus Pascasarjana Pendidikan Sains UNS ini pernah menjadi model Hijab Moshaict tahun 2011 dan meraih Juara II pada Lomba Tutorial Hijab yang diadakan oleh Koran Bogor 2015. Prestasi lain, Juara 1 Puisi Terbaik pilihan Gerbang Sastra, Bali (2014). Aktif dalam Komunitas Bait Petir, Garut. Buku puisinya: Mata Elang Biru (2014).
Fajar Sumatera, Jumat, 7 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment